Sunday 11 November 2012



Ruth sendiri sempat menderita gejala flu beberapa hari sebelum melahirkan. Di mulutnya terdapat beberapa luka seperti sariawan.

Ruth sendiri sempat menderita gejala flu beberapa hari sebelum melahirkan. Di mulutnya terdapat beberapa luka seperti sariawan.
LONDON (Berita Suara Media) Maksudnya memberikan ciuman tanda cinta kepada bayinya yang baru berusia 11 hari. Siapa sangka, ciuman itu justru mengantarkan sang bayi kepada maut.

Otoritas kesehatan Inggris seperti dikutip Kantor Berita AFP, Pada hari Minggu (28/2/2010) menyatakan, besar kemungkinan bayi perempuan itu mati karena sang ibu menularkan virus melalui nafas saat mencium bayinya.

Berdasarkan pemeriksaan, bayi bernama Jennifer Schofield terinfeksi Herpes Simplex Virus (HSV) yang menyebabkan kerusakan pada gusi bayi.

Ibunya, Ruth (35), tampaknya terlambat menyadari akan virus yang dideritanya saat kehamilan itu. Dia juga tak memiliki kekebalan melawan virus itu, demikian juga dengan bayinya.

Virus itu dengan cepat menyerang sebagian besar organ dan dalam beberapa hari meninggal.

Ruth sendiri sempat menderita gejala flu beberapa hari sebelum melahirkan. Di mulutnya terdapat beberapa luka seperti sariawan. Sebelum meninggal, bayinya juga mengalami gejala yang sama. Sang bayi meninggal di rumah sakit.

Petugas medis James Adeley mengatakan, tidak ada yang dipersalahkan terkait infeksi virus ini. Ruth sendiri kini aktif mengampanyekan kesadaran bagi ibu-ibu hamil di Inggris. Setidaknya enam bayi meinggal setiap tahun karena virus ini.

"Saya benar-benar hancur dan patah hati dengan kematian Jennifer. Sudah lebih dari setahun sejak kematian anak saya, namun kepedihannya masih terasa sampai sekarang," katanya. (afp/okz) suaramedia: sumber

Aneh Tapi Nyata, Udara Diubah Jadi BBM



Proses mengubah udara menjadi BBM menggunakan komponen yang dikenal. (Foto: airfuelsynthesis)
Stockton-on-Tees, UK (Berita SuaraMedia) inilah seorang ahli merubah Bahan bakar fosil, minyak bumi dan batu bara makin langka, sedangkan kebutuhan manusia akan energi makin tak terbatas. Oleh karena itu, bahan bakar alternatif terbarukan mutlak harus ditemukan. Terobosan dihasilkan sebuah perusahaan Inggris. Dengan memproduksi "bensin dari udara".

Air Fuel Synthesis, nama perusahaan itu, yang terletak di Stockton-on-Tees, Teesside, mengklaim telah menghasilkan lima liter bensin sejak Agustus 2012, menggunakan kilang kecil yang menghasilkan bensin sintesis dari karbon dioksida dan uap air.

Sebuah upaya yang mendapat pujian dari banyak ilmuwan, sebagai upaya untuk melawan perubahan iklim sekaligus solusi untuk eskalasi krisis energi global.
Sementara ini, Air Fuel Synthesis masih dalam tahap pengembangan produksi dan masih butuh pasokan energi dari pembangkit listrik yang ada. Namun, perusahaan itu meyakini, suatu saat nanti proses produksi BBM sintesis ini akan bisa menggunakan sumber daya terbarukan. Misalnya dari angin.

Target ke depan, dalam dua tahun, mereka berharap bisa membangun pabrik skala komersial untuk membuat satu ton bensin setiap hari, lalu melakukan ekspansi dengan memproduksi bahan bakar pesawat, agar perjalanan udara lebih ramah lingkungan.

Lalu, bagaimana cara mengubah udara jadi bensin?

Teknologi yang dimiliki Air Fuel Synthesis secara sederhana bisa dijelaskan seperti ini: mencampurkan udara dengan natrium hidroksida (NaOH), lalu mengelektrolisasi natrium karbonat (Na2CO3) yang dihasilkan untuk melepas karbon dioksida murni.

Lalu, hasilnya direaksikan dengan hidrogen yang dielektrolisis dari air, untuk membuat campuran hidrokarbon. Kondisi reaksi bervariasi, akan disesuaikan dengan jenis bahan bakar yang diinginkan.


Bahan bakar yang dihasilkan dari proses itu siap pakai dan bisa disimpan dalam tangki BBM dengan penambahan zat aditif yang biasa dicampurkan dalam bahan bakar biasa. Alternatif lain, BBM alternatif itu bisa dicampurkan dengan bensin, solar, atau avtur.

Peter Harrison, direktur eksekutif Air Fuel Synthesis mengumumkan terobosan tersebut dalam sebuah konferensi di Institution of Mechanical Engineers di London, pekan ini.

"Kami mengonversi energi terbarukan menjadi lebih bervariasi, bisa digunakan, dan disimpan, seperti bahan bakar cair lain," kata dia kepada Independent.

Perusahaan meyakini, pada akhir 2014, asalkan mendapat dana yang cukup, bisa memproduksi BBM alternatif itu dalam skala komersial.

Dengan mengekstrasi karbon dioksida dari udara, itu berarti proses produksi BBM alternatif secara efektif bisa menghilangkan gas rumah kaca yang dihasilkan industri.

Daur ulang karbon dioksida untuk digunakan dalam mesin juga berpotensi mengubah lanskap lingkungan dan ekonomi dunia. "Anda memiliki potensi untuk mengubah ekonomi negara, jika bisa membuat bahan bakar sendiri."

Harrison menambahkan, pihaknya berencana untuk memproduksi bensin secara komersial menggunakan energi terbarukan pada akhir 2014. Dalam 15 tahun ke depan perusahaan ini akan beroperasi dengan skala kilang.

Kerja AFS didukung Institution of Mechanical Engineers. Tim Fox Nes, kepala bidang energi dan lingkungan institusi tersebut mengapresiasi terobosan itu. "Mungkin kedengarannya mustahil, tapi ini nyata," ujarnya.

Fox yang telah mengunjungi proyek percontohan AFS mengatakan, proses mengubah udara menjadi BBM menggunakan komponen yang sudah dikenal dan telah tersedia saat ini. "Yang menarik, mereka bisa menyatukannya dan menunjukkan, itu bisa bekerja sesuai keinginan," tuturnya.

Masalah utamanya, hingga saat ini proses tersebut masih sangat mahal. Baru mengekstraksi satu ton karbon dioksida saja membutuhkan biaya 400 poundsterling atau Rp52 juta. : (airs/sm/vs) suara media


Cambridge - (Berita Suaramedia) - Para peneliti asal Amerika Serikat memberikan kehidupan pada benda mati. Makhluk pertama ini berupa ubur-ubur.

Diwartakan UPI, para peneliti di Harvard University dan California Institute of Technology, AS mengklaim keberhasilannya ini merupakan bukti konsep untuk rekayasa balik ragam organ otot dan bentuk kehidupan sederhana.

Ubur-ubur yang dijuluki sebagai ‘Medusoid’ ini mampu bergerak sendiri di air dengan cara sama pada jantung manusia yang memompa darah ke seluruh tubuh.

“Pada 2007 saya mengalami kegagalan. Kemudian saya terus mencari organisme laut yang memompa dirinya untuk hidup. Kemudian saya melihat ubur-ubur dan segera mencatat kesamaan dan perbedaannya dengan jantung manusia,” kata ahli rekayasa bio, Profesor Kit Parker.

Para peneliti ini menggunakan lembaran yang terbuat dari jaringan otot tikus yang mampu berkontraksi saat distimulasi dengan listrik.

“Saya terkejut melihat ‘makhluk’ dari silikon ini bisa berenang layaknya ubur-ubur nyata

Siapa yang tidak kenal dengan Danau Toba, ternyata Danau Toba berasal dari letusan Gunung Toba. Gunung Toba ini tergolong Supervolcano, hal ini dikarenakan Gunung Toba memiliki kantong magma yang besar yang jika meletus kalderanya besar sekali. Volcano kalderanya ratusan meter, sedangkan Supervolacano itu puluhan kilometer. (Foto: Bradshaw Foundation)

Siapa yang tidak kenal dengan Danau Toba, ternyata Danau Toba berasal dari letusan Gunung Toba. Gunung Toba ini tergolong Supervolcano, hal ini dikarenakan Gunung Toba memiliki kantong magma yang besar yang jika meletus kalderanya besar sekali. Volcano kalderanya ratusan meter, sedangkan Supervolacano itu puluhan kilometer. (Foto: Bradshaw Foundation)
JAKARTA (Berita SuaraMedia)- Siapa yang tidak kenal dengan Danau Toba, ternyata Danau Toba berasal dari letusan Gunung Toba.

Letusan vulkanik terbesar di muka Bumi dalam kurun waktu dua juta tahun terjadi di Indonesia, tepatnya pada 74.000 tahun lalu: Gunung Toba.

Temuan baru tentang erupsi kolosal tersebut didapat para peneliti dari Niels Bohr Institute. Peneliti mengaitkan letusan dahsyat itu dengan iklim global dan efeknya pada manusia purba. Hasilnya dipublikasikan dalam jurnal sains, Climate of the Past.

Apa yang terjadi kala itu jauh lebih hebat dari letusan gunung masa kini, bahkan dibandingkan dengan Tambora atau Krakatau sekalipun. Amuk Toba menyisakan kawah seluas 50 kilometer, yang kini menjadi Danau Toba.

Kala meletus, Gunung Toba memuntahkan 2.500 kilometer kubik lava. Setara dua kali volume Gunung Everest. Erupsinya 5.000 kali lebih mengerikan dari letusan Gunung St. Helens pada 1980 di Amerika Serikat.

Awan abu vulkanik dan asam sulfat menyembur ke atmosfer, terjebak di lapisan stratosfer bumi, dari sana ia menyebar ke seluruh dunia, di belahan bumi utara dan selatan. Lalu turun ke bumi dalam bentuk hujan asam.

"Kami sekarang telah melacak jejak hujan asam dalam lapisan es di Greenland dan Antartika," kata ilmuwan Anders Svensson dari Centre for Ice and Climate, Niels Bohr Institute, University of Copenhagen. Temuan itu membuktikan dugaan para ilmuwan bahwa efek Toba sampai ke dua wilayah itu.

Seperti dikutip LiveScience, Inti es menyediakan cukup bukti tentang bagaimana iklim bumi secara drastis berubah selama bertahun-tahun pasca erupsi. Sebelumnya, ada banyak spekulasi bagaimana letusan besar gunung berapi bisa mempengaruhi iklim. Salah satunya, awan raksasa berisi partikel belerang yang terlempar ke stratosfer akan bertindak seperti selimut, yang melindungi bumi dari radiasi matahari. Sehingga, planet manusia ini bisa menjadi lebih dingin.

Pertanyaannya, seberapa banyak dan berapa lama? Modelling yang dilakukan para ahli menemukan bahwa letusan dahsyat gunung berapi bisa menurunkan suhu global hingga 10 derajat selama beberapa dekade.

Namun, inti es yang ditemukan ahli baru-baru ini menunjukkan pendinginan itu pendek dan tidak konsisten di seluruh dunia

"Dalam kurva temperatur dari inti es, kami bisa mengetahui tidak ada pendinginan global yang diakibatkan letusan Toba. Ada fluktuasi pendinginan dan besaran suhu global di belahan bumi utara. Namun, di belahan bumi selatan justru lebih hangat. Jadi, pendinginan global hanya terjadi dalam waktu singkat," kata Anders Svensson.

Konsekuensi untuk manusia

Meski demikian, erupsi Toba punya konsekuensi besar bagi alam, lingkungan, dan manusia yang tinggal di Asia kala itu, di mana lapisan abu dari erupsi ditemukan.

Letusan Toba terjadi di saat yang menentukan dalam sejarah manusia, sekitar masa ketika nenek moyang kita, Homo sapiens melakukan eksodus massal, dari Afrika ke Asia. Para peneliti yakin betul, orang yang kala itu tinggal sejauh 2.000 kilometer di timur India dipengaruhi letusan tersebut, yang berkecamuk selama berminggu-minggu.

Namun, sejumlah arkeolog menentang ide konsekuensi fatal erupsi Toba pada penduduk yang tinggal di Asia yang terkena dampak letusan. Spekulasi berkisar dari tidak ada efek sama sekali pada kehidupan manusia kala itu hingga dugaan pemusnahan total populasi dalam wilayah yang luas.
Tak ada cara untuk memastikannya, sebab, material dari periode itu terlalu tua untuk diketahui usianya menggunakan metode carbon-14. Oleh karenanya lapisan abu Toba menjadi referensi penting. sumber: suara media

Saturday 3 November 2012


bangkai kapal di lokasi ground zero menara kembar World Trade Center (WTC), kapal ini diperkirakan kandas sekitar tahun 1810. (Foto: guardian.co.uk)

bangkai kapal di lokasi ground zero menara kembar World Trade Center (WTC), kapal ini diperkirakan kandas sekitar tahun 1810. (Foto: guardian.co.uk)
Bangkai kapal itu terkubur di bawah lumpur yang sedang digali untuk renovasi dan perbaikan area bekas Menara WTC.

NEW YORK (Berita SuaraMedia) - Ada temuan mengejutkan di lokasi ground zero menara kembar World Trade Center (WTC), New York, yang luluh lantak dihantam pesawat-bom Al Qaidah. Temuan itu bukanlah sisa-sisa jasad korban aksi teror dahsyat komplotan Osama bin Laden, pada 11 September 2001 silam.

Itu adalah bangkai kapal yang diperkirakan kandas sekitar tahun 1810. Diduga, tujuan utama perahu misterius itu adalah tepi pantai Manhattan.

Bangkai kapal dengan panjang sekitar 10 meter itu ditemukan di bawah permukaan tanah sedalam sekitar enam meter. Temuan ini menggemparkan, karena seperti begitu saja muncul ke atas permukaan tanah, sungguh misterius.

Di tengah bisingnya deru buldoser yang terus menggali dan merenovasi Ground Zero, para arkeolog ramai berdatangan.

"Temuan bangkai kapal ini adalah puncak dari penggalian gedung WTC. Ini sangat menakjubkan," kata Molly McDonald, arkeolog yang berada di lokasi sambil menunjuk ke arah dua potong kayu kapal yang menghunjam menembus tanah.

Bangkai kapal itu terkubur di bawah lumpur yang sedang digali untuk renovasi dan perbaikan area bekas Menara WTC. McDonald dan tiga rekannya berhasil menggalinya, hingga bagian lambung kapal terlihat jelas.

Bagian ini terkubur di lokasi di mana akan dibangun pusat perbelanjaan baru. Para peneliti dengan sangat berhati-hati bergumul dengan lumpur untuk mencari bagian-bagian kapal lainnya.

Sejarawan bidang kelautan, Norman Brower meyakini, perahu ini pernah berlayar ke Karibia. Kesimpulan sementara itu dinyatakan setelah mereka memeriksa jejak yang tertinggal di kapal itu.

"Bau yang tersisa ini seperti air laut yang surut," kata McDonald. Kendati demikian, masih banyak misteri yang harus dipecahkan dari temuan bersejarah ini. "Kenapa kapal ini dibangun? Bagaimana penggunaannya? Dan mengapa kapal ini karam dan tenggelam?"

Peristiwa menggemparkan ini terjadi pada Senin, 27 oktober lalu. Ketika itu petugas menemukannya secara tidak sengaja saat sedang melakukan penggalian di ujung selatan Ground Zero. Kini, tim konsultan lingkungan sudah diterjunkan untuk mendokumentasikan artefak di lokasi yang akan menjadi pusat perdagangan itu. (ar/vs/tmp) suaramedia.com