Disbun Latih Petani Karet Pengendalian JAP - BALIKPAPAN. Petani karet di Kaltim, diimbau mewaspadai serangan penyakit jamur akar putih pada tanaman tersebut.
Kepala Disbun Kaltim, Ir. Etnawati, M.Si mengatakan, "Jamur akar putih (JAP) disebabkan oleh 'Rigidiporus Microporus', salah satu penyakit berbahaya pada tanaman karet yang dapat menimbulkan kematian dan berpengaruh negatif pada hasil produksi", dalam sambutannya saat membuka Pelatihan Teknis Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Karet dan Penggunaan Trichoderma sp di Balikpapan, Minggu (6/5) kemarin.
Menurutnya, JAP menyerang akar tunggang maupun akar lateral yang dapat mengakibatkan kematian tanaman dengan intensitas sangat tinggi, terutama pada tanaman karet berumur dua hingga empat tahun, dimana penularannya melalui kontak akar tanaman sehat dengan akar tanaman yang terserang serta melalui hizomorf yang menjalar bebas dalam tanah.
Oleh karena itu, Disbun Kaltim melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengembangan Perlindungan Tanaman Perkebunan (UPTD-P2TP) menyelenggarakan pelatihan, dimaksudkan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan kepada petani karet dalam pengendalian JAP tersebut.
Sebanyak 25 orang petani karet sebagai peserta mengikuti pelatihan yang berlokasi di kecamatan Karang Joang, Balikpapan.
Dalam kesempatan kali ini pula, disosialisasikan beberapa cara pengendalian JAP, diantaranya penggunaan jamur Trichoderma, sp yang merupakan cendawan antagonis pathogen JAP itu sendiri. Penggunaan jamur ini dilakukan dari tempat pemibibitan sampai ke tempat penanaman gunan pengendalian pengendalian secara prepentif, sedangkan untuk tanaman karet yang telah terkena penyakit dilakukan 6 bulan sekali.
Ditambahkannya, di Kaltim, tahun 2011 yang lalu kerugian finansial yang diakibatkan oleh jamur akar putih ini mencapai Rp 384 juta, dengan luas serangan 656 hektar, tersebar di beberapa areal perkebunan karet rakyat di Kaltim, diantaranya Kutai Barat, Paser, Balikpapan, Samarinda, PPU, Kutai Timur dan Kutai Kartanegara.
"Pelatihan serupa juga akan dilaksanakan di Kutai Barat, dengan harapan petani mampu melakukan pengendalian OPT pada tanaman karet dan dapat mengaplikasikan teknologi yang ramah lingkungan", harap Etnawati. (rey)
SUMBER : UPTD PENGEMBANGAN PERLINDUNGAN TANAMAN PERKEBUNAN
Kepala Disbun Kaltim, Ir. Etnawati, M.Si mengatakan, "Jamur akar putih (JAP) disebabkan oleh 'Rigidiporus Microporus', salah satu penyakit berbahaya pada tanaman karet yang dapat menimbulkan kematian dan berpengaruh negatif pada hasil produksi", dalam sambutannya saat membuka Pelatihan Teknis Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Karet dan Penggunaan Trichoderma sp di Balikpapan, Minggu (6/5) kemarin.
Menurutnya, JAP menyerang akar tunggang maupun akar lateral yang dapat mengakibatkan kematian tanaman dengan intensitas sangat tinggi, terutama pada tanaman karet berumur dua hingga empat tahun, dimana penularannya melalui kontak akar tanaman sehat dengan akar tanaman yang terserang serta melalui hizomorf yang menjalar bebas dalam tanah.
Oleh karena itu, Disbun Kaltim melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengembangan Perlindungan Tanaman Perkebunan (UPTD-P2TP) menyelenggarakan pelatihan, dimaksudkan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan kepada petani karet dalam pengendalian JAP tersebut.
Sebanyak 25 orang petani karet sebagai peserta mengikuti pelatihan yang berlokasi di kecamatan Karang Joang, Balikpapan.
Dalam kesempatan kali ini pula, disosialisasikan beberapa cara pengendalian JAP, diantaranya penggunaan jamur Trichoderma, sp yang merupakan cendawan antagonis pathogen JAP itu sendiri. Penggunaan jamur ini dilakukan dari tempat pemibibitan sampai ke tempat penanaman gunan pengendalian pengendalian secara prepentif, sedangkan untuk tanaman karet yang telah terkena penyakit dilakukan 6 bulan sekali.
Ditambahkannya, di Kaltim, tahun 2011 yang lalu kerugian finansial yang diakibatkan oleh jamur akar putih ini mencapai Rp 384 juta, dengan luas serangan 656 hektar, tersebar di beberapa areal perkebunan karet rakyat di Kaltim, diantaranya Kutai Barat, Paser, Balikpapan, Samarinda, PPU, Kutai Timur dan Kutai Kartanegara.
"Pelatihan serupa juga akan dilaksanakan di Kutai Barat, dengan harapan petani mampu melakukan pengendalian OPT pada tanaman karet dan dapat mengaplikasikan teknologi yang ramah lingkungan", harap Etnawati. (rey)
SUMBER : UPTD PENGEMBANGAN PERLINDUNGAN TANAMAN PERKEBUNAN
Pengendalian Jamur Pada Tanaman Karet