Monday 4 February 2013


Jenis Karet Alam : Getah karet alam yang dihasilkan perkebunan dan diperdagangkan terdiri dari berbagai bentuk, yaitu berupa getah cair (lateks), bongkahan, lembaran, dan serpihan. Nantinya produk karet ini akan menjadi bahan baku bagi industri hilir. Karet alam biasa dikelompokkan atas bahan olah karet, lateks pekat, karet bongkah (block rubber), karet spesifikasi teknis atau karet remah (crumb rubber), dan tyre rubber.
Bahan olah karet

Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet Hevea brasiliensis. Bahan olah karet kadang dianggap bukan produksi perkebunan besar sehingga disebut bokar (bahan olah karet rakyat), karena umumnya diperoleh dari petani yang mengusahakan kebun karet. Berdasarkan pengolahannya, bahan olah karet terdiri atas empat jenis, yaitu:

Lateks kebun, yaitu cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet. Cairan getah ini belum mengalami penggumpalan baik melalui penambahan atau tanpa penambahan antikoagulan (zat pemantap).
Sheet angin, yaitu bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah digiling tetapi belum jadi.
Slab tipis, yaitu bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan dengan asam semut.
Lump segar, yaitu bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung.

Dalam perdagangan karet, bahan olah karet umumnya dikenal sebagai karet alam konvensional yang terdiri dari golongan karet sheet dan crepe. Jenis­-jenis karet alam yang tergolong konvensional adalah sebagai berikut:

Ribbed smoked sheet (RSS), yaitu jenis karet berupa lembaran sheet yang mendapat proses pengasapan dengan baik.
White crepe dan pale crepe, yaitu jenis crepe yang berwarna putih atau muda, ada yang tebal dan ada pula yang tipis.
Estate brown crepe, yaitu jenis crepe yang berwarna coklat dan banyak dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan besar atau estate. Jenis ini juga dibuat dari bahan yang kurang baik seperti yang digunakan untuk pembuatan off crepe serta dari sisa lateks, lump atau kogulum yang berasal dari prakoagulasi, dan srap atau lateks kebun yang sudah kering di atas bidang penyadapan.
Compo crepe, yaitu jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, scrap pohon, potongan-potongan sisa dari RSS atau slab basah.
Thin brown crepe remilis, yaitu crepe coklat dan tipis karena digiling ulang.
Thick blanket crepes ambers, yaitu crepe banket yang tebal dan berwarna cokelat, biasanya dibuat dari slab basah, sheet tanpa proses pengasapan dan lump serta srap dari perkebunan atau kebun rakyat yang baik mutunya, tetapi scrap tanah tidak boleh digunakan.
Flat bark crepe, yaitu karet tanah atau earth rubber, yaitu jenis crepe yang dihasilkan dari scrap karet alam yang belum diolah, termasuk scrap tanah yang berwarna hitam.
Pure smoked blanket crepe, yaitu crepe yang diperoleh dari penggilingan karet asap yang khusus berasal dari RSS, termasuk juga block sheet atau sheet bongkah, atau dari sisa pemotongan RSS. Jenis karet lain atau bahan bukan karet tidak boleh digunakan.
Off crepe, yaitu crepe yang tidak tergolong bentuk beku atau standar. Biasanya tidak dibuat melalui proses pembekuan langsung dari bahan lateks yang masih segar, melainkan dari contoh-contoh sisa penentuan kadar karet kering, lembaran-lembaran RSS yang tidak baik menggilingnya sebelum diasapi, busa-busa dari lateks, bekas air cucian yang banyak mengandung lateks serta bahan-bahan lain yang jelek.

Lateks Pekat

Latek pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat dijual di pasaran ada yang dibuat melalui proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses pemusingan atau centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi seperti sarung tangan karet untuk kesehatan.
Karet bongkah (Block Rubber)

Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri.
Karet spesifikasi teknis (Crumb Rubber)

Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber atau juga dikenal sebagai karet remah adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada sifat-sifat teknis. Penetapan mutu dan golongan crumb rubber tidak didasarkan atas penilaian visual seperti yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis jenis karet sheet, crepe maupun lateks pekat.
Tyre rubber

Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya. 3.5. Kayu karet

Di Indonesia, ketersediaan kayu karet sangat besar dan diharapkan terus meningkat sejalan dengan program peremajaan tanaman karet tua. Oleh karena itu, kayu karet mempunyai prospek yang cerah sebagai bahan baku industri untuk menyubstitusi kayu hutan alam. Selain itu, kayu karet mempunyai sifat-­sifat fisik, mekanis, dan kimia yang setara dengan kayu hutan alam. Pemanfaatan kayu karet antara lain sebagai bahan baku industri meubel (furniture), kayu gergajian bahan bangunan, bahan baku industri bubur kertas (pulp), dan bahan baku arang. Pemanfaatan kayu karet tersebut perlu didukung dengan teknis industri pengolahan.

Kontinuitas penyediaan bahan baku bagi industri pengolahan antara lain dapat ditempuh melalui pengembangan pola kemitraan antara petani dan industri pengolahan kayu karet. Pola kemitraan juga dapat menjamin harga jual kayu di tingkat petani sehingga dapat mendukung upaya peremajaan karet rakyat. Klon-klon anjuran seperti BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, dan IRR 118 direkomendasikan untuk dikembangkan dalam skala luas sebagai penghasil lateks sekaligus kayu.

Peningkatan permintaan kayu karet didorong oleh makin membaiknya perekonomian dunia dan bertambahnya jumlah penduduk, serta terbatasnya ketersediaan kayu hutan alam terutama setelah kayu ramin, meranti putih, dan agathis dilarang untuk diekspor dalam bentuk kayu gergajian. Nilai ekonomi kayu karet yang makin tinggi tersebut dapat menjadi tambahan modal bagi petani untuk melakukan peremajaan kebun karet dengan menanam klon-klon unggul yang produktivitasnya tinggi dan pertumbuhannya cepat.

0 komentar:

Post a Comment